Friday, June 3, 2011

hubungan manusia dengan nabi Adam as


Hubungan Manusia Purba dengan Nabi Adam Sering menjadi pertanyaan, apakah Adam merupakan manusia pertama di bumi ini? Benarkah dia dibuat di Eden? Apakah sebenarnya yang terjadi di sana? Apakah yang ada di kitab kejadian (Genesis), khususnya penciptaan dalam enam hari itu, di mana manusia diciptakan (atau dibikin) pada hari keenam, itu merujuk kepada penciptaan Adam dan Hawa? Bagaimana dengan petunjuk yang ada dalam kitab-kitab lain? Bagaimana pula jika dikaitkan dengan mitologi bangsa Sumeria kuno? Apakah Adam Manusia Pertama? Kebanyakan orang mempercayai bahwa Adam adalah nenek moyang dari semua manusia. Dengan demikian, sebelum Adam tidaklah ada manusia sama sekali. Tapi, banyak orag tentunya mera-gukanhal ini, apalagi menurut temuan arkeologi, sudah ada peradaban manusia yang jauh lebih tua dari perkiraan masa kehidupan Adam. Yang jadi pertanyaan, benarkah kisah yang dikemukakan dalam berbagai manuskrip bahwa Adam itu dibuat dari tanah? Ada pendapat yang mengkaitkan proses pembuatan Adam ini dengan makhluk luar angkasa. Hal ini dikaitkan dengan adanya fenomena makhluk dari dimensi lain yang dikisahkan bersamaan dengan proses pembuatan Adam. Dan ada anggapan bahwa yang dimaksud "dari tanah" itu bukan berarti bahan materi dari Adam adalah tanah, melainkan diciptakan dari sisa-sisa yang ada di dalam tanah. Proses penciptaan Adam dari sisa-sisa makhluk hidup yang ada sebelumnya, mungkin bisa ditunjang dengan adanya pandangan bahwa dalam proses menciptakan langit dan bumi, sang pencipta berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu. Ada kepercayaan bahwa penciptaan bumi dan langit ini terjadi berulang-ulang, sehingga ada proses penciptaan pertama dan penciptaan yang berikutnya. Hal itu dikatakan supaya manusia yang hidup saat ini bisa mengambil pelajaran dari pengalaman "manusia" terdahulu. Dari studi yang ada, umumnya sampai pada kesimpulan bahwa Adam hidup sekitar 6000 tahun yang lalu. Kalau memang Adam dianggap hidup 6000 tahun yang lalu, maka mestinya ada catatan kuno tentang hal itu. Hanya saja, kalaupun ada catatan kuno, apakah catatan kuno itu bisa dipakai sebagai bukti atau cuma sekedar mitos dan legenda saja? Adam, kalau memang pernah ada, harusnya hidup di daerah sekitar Mesopotamia, atau sekarang ini daerah Irak, Iran atau sekitarnya. Ada yang bilang, Adam sebenarnya muncul (turun) di India. kalau memangdi India, harusnya ada keterangan tentang hal itu. Di India ada kisah tentang Manu dengan bencana air bah, di mana kata "Manu" ini sama dengan "Nuh" dan juga kemudian dipakai menjadi istilah "Manusia". Dari kitab Veda, tepatnya RgVeda IV.26.21-22 isinya: "Aku menganugerahkan bumi ini kepada Adadam Aryaya (orang yang mulia). Aku turunkan hujan yang bermanfaat bagimakhluk, Aku alirkan terus gemuruhnya air dan hukum alam tunduk kepada perintah-Ku. Apakah di sini merujuk kepada "ADAM" ? Namun ada yang menafsirkan "Adadam Aryaya" sebagai "bangsa manusia ras Aryan" "aham bhUmim adadAm AryAyAhaM" diterjemahkan sebagai "I have bestowed the earth upon the Arya" Apakah Adam itu adalah pemimpin pertama bangsa Aryan? Aryan ini adalah bangsa Indo-Eropa atau persia yang sekarang ini bernama Iran. Apakah ini ada hubungannya dengan mitos serangan bangsa Aryan ke India? Dan apa yang tertulis dalam kitab Kejadian 5:1 mungkin bisa menjadi bahan pemikiran. Apakah orang-orang yang ada dalam daftar silsilah Adam itu memang benar pernah hidup dulu.... atau cuma dongeng? Apakah Eden Lab Genetika? Kalau kita membahas soal asal usul cerita Adam ini secara serius, rasanya kurang lengkap kalau kita cuma berhenti pada sumber literatur dari kitab suci yang ada saat ini saja. Kita mesti menelusuri, dari mana asal usul cerita ini semula. Kisah penciptaan Adam ini terjadi di "Taman Eden". Hal ini dikuatkan dengan cerita atau mitologi bangsa Sumeria kuno. Di sana ada banyak tokoh, seperti Enki, Enlil, Nin-Ti, Enkidu, dan lain-lain. Tahukah Anda, bahwa ada yang menarik dari istilah kata Eden (Edin) itu sendiri. Dalam bahasa Sumeria kuno, kata "E" berarti "Rumah" dan "Din" berarti "Pembuatan". Jadi Edin atau Eden itu adalah sebuah rumah tempat mencipta, yang mana kalau di jaman sekarang ini disebut sebagai LABORATORIUM. Jadi, Eden merupakan suatu tempat di mana "mereka" yang disebut dengan elohim (yang artinya "mereka yang datang dari langit") itu melakukan berbagai percobaan atau proses pembuatan. Kalau di jaman sekarang, istilah yang tepat adalah kloning. Sebagaimana bisa kita baca dalam kitab-kitab suci maupun mitologi-mitologi yang ada, maka kita bisa mengetahui bahwa "mereka" mencari jejak-jejak kehidupan yang terkubur di dalam tanah dan menemukan jasad-jasad yang kemudian mereka ambil intisarinya (DNA) lalu dibentuk menjadi manusia. Demikian juga binatang-binatang yang lain. Itu sebabnya, pada kitab Kejadian 2:19 disebutkan bahwa Tuhan (Yehovah Elohim) membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Makhluk-makhluk ini, dibuat dari tanah, yang tentunya bisa ditafsirkan dua macam, pertama: binatang-binatang itu diciptakan dari tanah, dibentuk dan kemudian menjadi hidup, atau kedua: dari tanah diketemukan sisa-sisa (jasad) binatang yang ada dan kemudian melakukan kloning sehingga dengan segera terbentuklah berbagai binatang. Seperti kalau sekarang ini manusia mengkloning domba yang diberi nama Dolly itu. Tentunya akan menjadi pertanyaan yang abadi, mengapa sang pencipta harus menciptakan manusia dan binatang itu dari tanah? Mengapa tidak begitu saja "dari tidak ada" menjadi "ada"? Jika memang dalam membuat Adam digunakan proses kloning, apakah sama dengan proses yang ada saat ini?Nur Agustinus, Surabaya
Karya Harun Yahya yang sangat fenomenal misalnya adalah Runtuhnya Teori Evolusi Darwin, dan menurut saya ini sangat luar biasa, mengingat Darwin dan evolusi –nya telah mempengaruhi pemikiran dunia selama ratusan tahun. Terutama sebuah pemahaman tentang fosil manusia pra sejarah –yang nantinya mengarah pada kesimpulan bahwa bentuk manusia yang sekarang itu adalah hasil evolusi dari makhluk sejenis kera [homo sapiens].Kelanjutannya?
Salah satu kelemahan dalam evolusi Darwin, menurut Harun Yahya, yaitu adanya mata rantai yang hilang, yang disebut sebagai makhluk peralihan, sebelum makhluk purba benar –benar menjadi bentuk makhluk seperti sekarang. Darwin tidak bisa membuktikan dan menjelaskannya karena dia mengaku belum menemukan makhluk peralihan tersebut. Sungguh aneh dan tidak logis.
Pemikiran Darwin ini telah melahirkan cabang –cabang pemikiran lain yang tetap mengakar pada evolusi. Saya sering menonton film –film atau membaca buku sains fictions dari dulu sampai sekarang, dan banyak sekali yang terpengaruhi pemikiran ini. Misalnya tentang para hero yang mengalami penyimpangan genetik [mutant], hewan –hewan yang bisa berevolusi menjadi ‘creatures’ yang membahayakan, dan film –film lainnya.
Bagi saya selaku penganut Islam, sejak mempelajari Ilmu sejarah di SMP, pemikiran saya selalu berbenturan antara ilmu yang saya dapat di sekolah –yang waktu itu menurut saya sangat ilmiah, dengan ilmu agama dari guru mengaji saya.
Di buku sejarah, saya selalu menemukan teori evolusi yang menjelaskan tentang asal mula penciptaan manusia, dan bagaimana kita –manusia –hidup dari zaman ke zaman dengan perubahan –perubahan fisik sesuai dengan seleksi alam. Dalam Islam, saya meyakini bahwa manusia diciptakan langsung seperti sekarang, sebagai manusia, tanpa evolusi dan tanpa menjadi makhluk peralihan terlebih dulu seperti yang dikatakan Darwin. Dan manusia pertama tentu adalah Nabi Adam.
Dulu saya sangat bingung, dan sempat berpikir, kalau memang teori sejarah itu benar, berarti Nabi Adam itu adalah manusia purba dan menjalani kehidupan seperti yang digambarkan Darwin?
Tetapi, saat menemukan Harun Yahya, semua kebingungan dan pertanyaan itu terjawab sudah. Teori –teori yang dikemukakan Harun Yahya sangat logis dan ilmiah dalam membantah teori evolusi. Di buku –bukunya tergambar cara berpikirnya sebagai seorang ilmuwan, sekaligus agamawan yang sangat paham terhadap agamanya. Bagi saya, ia seorang yang jenius, cerdas, pekerja keras, bijak, dan tentu saja –sangat relijius. Berbeda dengan para ilmuwan lain yang sering terjebak dengan pemikirannya sendiri dan membuat mereka menjadi ateis atau materialistis, kemampuan dan cara berpikir ilmiahnya membuat Harun Yahya makin memahami agamanya.
Sebab, memang benar apa yang tertera dalam Al –Qur’an, bahwa Islam dan Al quran itu adalah sains dan ilmu yang luar biasa bagi mereka yang mau memikirkannya.

Apakah Nabi Adam Manusia Purba?
REP | 09 September 2010 | 22:51 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon01.jpg662 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon02.jpg11 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon03.jpghttp://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/stats/chart_254338_1693841474.png
3 dari 3 Kompasianer menilai Menarik.

Maaf sebhttp://stat.kompasiana.com/files/2010/09/a3-300x86.jpgelumnya kalau judulnya mungkin agak kurang enak didengar :D
Ini sebenarnya pertanyaan yang sudah membayangi saya sejak setahun lalu saat saya duduk di kelas 10. Materi pelajaran sejarah saat itu adalah tentang manusia purba. Meganthropus paleojavanicus , Pithecanthropus erectus dan lainnya.
Dijelaskan juga tentang macam-macam zaman prasejarah:
1. Jaman Arkaezoikum, yaitu jaman dimana bumi masih dilapisi kulit panas, tak ada kehidupan sama sekali.
2. Jaman Paleozoikum, yaitu jaman dimana organisme kecil mulai bermunculan
3. Jaman Mesozoikum, yaitu jaman dimana reptil-reptil besar mulai hidup di bumi
4. Jaman Neozoikum, singkat cerita di jaman ini telah muncul makhluk bernama homo sapiens yang dianggap sebagai nenek moyangnya manusia pleh para ahli sejarah.
Nenek moyang manusia? Homo sapiens? Manusia purba dong? Lalu nabi Adam? Apakah Nabi Adam merupakan Homo sapiens? Berarti Nabi Adam adalah manusia purba? Tetapi bukankah Nabi Adam itu baik rupanya?  Sedangkan manusia purba digambarkan dengan rupanya yang aneh tak berbentuk cantik layaknya manusia jaman sekarang. Mulai berkutat dipikiran saya. Lalu bagaimana? Apa jawabannya? Lalu saya bertanya pada guru sejarah saya.
“Bu, nabi Adam itu manusia purba bukan?”
Tapi sayanya beliau hanya menjawab, “Wah bukan. Beda. Jangan samakan ilmu dari Al-qur’an dengan ilmu temuan manusia.”
Penasaran saya makin menjadi. Paparan dari beliau belum membuat saya puas. Lalu.. lalu.. lalu.. ??
Lalu saya mulai nongkrong di depan laptop dan mencari pelega dari pikiran saya selama itu. Apakah Nabi Adam Manusia Purba?
Ternyata begini kawan, dari beberapa sumber informasi yang saya baca. Begini ceritanya..
Ilmu pengetahuan terbaru benar-benar memastikan bahwa manusia purba itu adalah sebuah kebohongan besar. Bukti-bukti ilmiyah yang selama ini kita baca dalam buku pelajaran anak smp bahkan sma oleh para evolusionis satu persatu mulai dan makin banyak yang terbantahkan. Para evolusionis dinyatakan pintar sekali berfantasi dengan model makhluk purba mereka dan bahkan seringkali dibuat ilustrasi sehingga terlihat sangat realistis. Mereka bilang, ras Australopithecus adalah ras kera yang punah dan menjadi nenek moyang manusia, padahal anatara kera dan manusia memiliki suatu perbedaan yang sama sekali tidak menghubungkan antar mereka. Ras manusia primitif juga ternyata hanyalah sebuah ide kreatifitas dari manusia modern yang dibesar-besarkan dalam berbagai species. Dalam Al-qur’an dan berbagai hadistpun telah dijelaskan pula bahwa manusia pertama di bumi adalah Nabi Adam. Saat para evolusionis tak juga menemukan satu fosilpun yang bisa mendukung teori mereka, terpaksa mereka melakukan kebohongan. Contoh yang paling terkenal adalah manusia Piltdown yang dibuat dengan memasangkan tulang rahang orang utan pada tengkorak manusia. Fosil ini telah membohongi dunia ilmu pengetahuan selama 40 tahun. Jadi intinya manusia purba itu tidak pernah ada, sebab teori evolusi juga tidak pernah terbukti. Dan yang perlu kita ketahui juga bahwa manusia itu tidak pernah mengalami yang namanya evolusi.
Dan jawabannya adalah, Nabi Adam adalah manusia pertama di bumi, makhluk cerdas pertama di bumi yang tentunya bukan manusia purba :D

Penciptaan Manusia


Oleh: DR. Abdullah Nasriy

Usaha yang terus menerus untuk kelangsungan hidup ini dinamakan oleh Darwin dengan istilah survival yaitu usaha atau proses bertahan hidup. Menurut Darwin, dalam perjalanan ini orang-orang bisa tetap hidup jika mereka memiliki sifat yang berguna. Orang-orang yang tidak memiliki sifat yang berguna maka ia akan binasa. Darwin menamakan hasil dari survival ini dengan istilah “seleksi yang paling bagus”. Oleh karenanya, orang-orang yang memiliki sifat yang bagus dan bermanfaat secara alami mereka akan bisa melanjutkan hidupnya.
* * * * *
Akal manusia selalu ingin tahu tentang awal penciptaan dirinya; bagaimana ia menginjakkan kakinya di alam semesta? Dari mana asal usul dirinya? Siapa nama orang yang pertama kali diciptakan, apa ciri-cirinya dan dari mana dia datang? Apakah dia juga seperti manusia-manusia yang lain; punya ayah dan ibu atau tidak? Jika ia punya orang tua, siapakah ayah dan ibunya? Kalaupun tidak punya, bagaimana dia lahir? Apakah ia lahir secara sekaligus atau bertahap? Apakah ia keturunan hewan atau sejenis makhluk yang khas?
Meskipun sejak dahulu manusia telah memikirkan masalah-masalah tersebut dan membicarakannya sesuai dengan pemikiran dan tingkatan pengetahuan serta persepsi mereka, akan tetapi riset ilmiah dan eksperimen mereka terkait dengan abad-abad terakhir. Dalam dua atau tiga abad terakhir ini ada beberapa ilmuwan yang melakukan riset secara serius sekaitan dengan masalah-masalah tersebut dan mereka mengeluarkan teorinya. Ilmuwan bidang alam telah mengeluarkan dua teori sekaitan dengan sumber dan awal penciptaan makhluk.
1. Teori fixisme: Berdasarkan teori ini, penciptaan seluruh makhluk sejak awal adalah independen (mustaqil). Yakni setiap tumbuh-tumbuhan dan hewan sejak semula, sebagaimana apa yang sekarang ini ada. Ia tidak keluar dari tumbuh-tumbuhan atau hewan lainnya. Pengikut teori ini mengatakan bahwa desain global penciptaan adalah setiap tumbuh-tumbuhan atau hewan muncul dari tumbuh-tumbuhan atau hewan sejenisnya bukan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang berbeda dengannya. Dengan demikian manusia juga memiliki desain yang independen. Artinya dia tidak keluar dari makhluk lainnya.
2. Teori transformisme: Berdasarkan teori ini, setiap tumbuh-tumbuhan atau hewan muncul dari tumbuh-tumbuhan atau hewan lainnya. Darwin salah satu dari pendukung teori ini mengatakan: “Menurut pendapat saya seluruh hewan paling banyak muncul dari empat atau lima hewan yang pertama. Demikian juga tumbuh-tumbuhan, ia dihasilkan dari empat atau lima tumbuh-tumbuhan yang pertama. Kesamaan makhluk antara silsilah tumbuh-tumbuhan dan silsilah hewan memberikan jalan kepada saya untuk melangkah lebih jauh. Artinya saya berpikir bahwa seluruh hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berada di muka bumi keluar dari satu sumber yang pertama”.[2] Berdasarkan teori ini, seluruh makhluk hidup memiliki hubungan keluarga antara satu dengan yang lainnya. Mereka berasal dari nenek moyang yang sama.
Yang menarik dari teori kedua adalah masalah manusia. Setelah Darwin menelaah dan melakukan riset sekitar “asal usul jenis makhluk hidup” ia melakukan riset tentang “asal-usul manusia”. Ia berkesimpulan bahwa manusia berasal dari hewan yakni manusia dihasilkan dari nenek moyang yang sama dengan manusia pertama. Adapun siapa-siapa nenek moyang secara sama antara manusia sekarang dengan manusia pertama, bagi Darwin belum ditemukan jawabannya. Oleh karenanya, ia menamakannya dengan istilah “lingkaran yang hilang”(missing link).
Sekarang kita lihat bagaimana pendapat Darwin? Dia percaya bahwa tumbuh-tumbuhan dan hewan memiliki perkembangbiakan. Kalau memang mereka semua harus hidup dan tinggal di muka bumi dan melanjutkan perkembangbiakannya maka tidak lama mereka akan memenuhi permukaan bumi. Akan tetapi karena makanan dan tempat tinggal tidak mencukupi jumlah mereka, pada akhirnya setiap makhluk hidup harus berusaha demi kelangsungan hidupnya. Mereka harus berhadapan dengan saingannya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Usaha yang terus menerus untuk kelangsungan hidup ini dinamakan oleh Darwin dengan istilah survival yaitu usaha atau proses bertahan hidup. Menurut Darwin, dalam perjalanan ini orang-orang bisa tetap hidup jika mereka memiliki sifat yang berguna. Orang-orang yang tidak memiliki sifat yang berguna maka ia akan binasa. Darwin menamakan hasil dari survival ini dengan istilah “seleksi yang paling bagus”. Oleh karenanya, orang-orang yang memiliki sifat yang bagus dan bermanfaat secara alami mereka akan bisa melanjutkan hidupnya. Setelah jelas bahwa sifatlah yang menyebabkan seseorang bisa berlangsung hidup, maka sifat ini akan diturunkan kepada orang lain melalui keturunan, dengan demikian maka keturunan makhluk hidup akan tetap berlangsung.
Teori Darwin bisa disimpulkan pada empat pokok:
1. Pokok perubahan organisme makhluk hidup karena faktor-faktor lingkungan.
2. Pokok survival dan usah terus menerus untuk kelangsungan hidup.
3. Pokok seleksi yang paling bagus dalam medan survival dan seleksi alami.
4. Pokok pemindahan sifat yang telah diperoleh kepada keturunan berikutnya.
Teori Darwin sangat terkenal pada masanya. Akan tetapi sepeninggal Darwin, para biolog menolak sebagian teorinya. Dan menggantinya dengan teori mutasi. Berdasarkan teori ini, kadang-kadang muncul sifat-sifat baru pada makhluk hidup secara tiba-tiba yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan survival dan seleksi alami sebagaimana yang dikatakan Darwin. Berdasarkan teori mutasi, jika muncul sifat secara tiba-tiba pada sebuah makhluk hidup dan sifat itu bekerja untuk mempertahankan dirinya dari sesama jenisnya maka ia bisa meneruskan kelangsungan hidupnya. Perkumpulan beberapa mutasi yang sepakat sepanjang zaman menyebabkan pisahnya sekelompok jenis hewan dari kelompoknya menjadi jenis yang baru dan melanjutkan hidupnya.
Teori ini di hadapkan dengan beberapa kesulitan, antara lain:
‘Bagaimana cara munculnya anggota baru atau munculnya sebagian anggota yang aneh atau bagaimana terjadinya tanduk besar hewan dan ranting tumbuh-tumbuhan? Ini adalah masalah yang sampai saat ini belum jelas dalam dunia keilmuan sekalipun desainnya sudah diatur’[3]
Para pendukung teori mutation mengajukan beberapa argumen untuk membuktikan pendapatnya antara lain:
1. Telah didapatkan riset dari paleontologi (purbakala) bahwa penelitian tentang kerangka dari makhluk hidup ribuan tahun yang lalu menunjukkan bahwa makhluk hidup mengalami perubahan dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih rumit dan sempurna. Alasan mereka dalam hal ini adalah perubahan dari kesederhanaan menuju ke kerumitan tidak mungkin terjadi kecuali dengan perantara pendapat transformis.
2. Sejauh penelitian di bidang anatomi komparatif telah dilakukan, terbukti bahwa di antara makhluk-makhluk hidup terdapat banyak kesamaan, ini adalah bukti adanya hubungan dekat kekeluargaan di antara pelbagai kelompok makhluk hidup. Para pendukung teori transformisme meneliti berbagai sistem aliran darah, sistem pernafasan dan sistem syaraf makhluk hidup. Mereka mendapatkan bahwa semuanya memiliki kesamaan. Meneliti sistem-sistem di atas menunjukkan bahwa sistem ini mengalami perubahan dari yang sederhana sampai pada tahapan yang rumit.
3. Data-data embriologis menunjukkan bahwa mayoritas embrio-embrio makhluk hidup memiliki kesamaan. Pada awal pertumbuhan, embrio semua makhluk hidup memiliki kesamaan sehingga sulit untuk membedakannya. Masalah ini juga menunjukkan bahwa makhluk hidup berasal dari jenis yang sama.
Di sini kita tidak melakukan pengkritikan terhadap pendapat transformis. Namun perlu disebutkan bahwa munculnya jenis yang lebih rumit setelah munculnya jenis yang sederhana dan adanya kesamaan sebagian makhluk hidup dengan yang lainnya, bukan dalil bahwa sebuah jenis keluar dari jenis yang lainnya.
Ilmu biologi hanya bisa menunjukkan kesamaan makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya, bukan menunjukkan kemunculan sebuah jenis dari jenis yang lainnya karena hasil pengetahuannya yang sudah pasti.
Dengan kata lain teori transformis (perubahan jenis) sampai saat ini belum ditetapkan dengan argumentasi yang pasti. Para pendukung teori ini juga belum bisa menunjukkan sebuah hewan berubah menjadi hewan lain karena seleksi alami dan mutasi. Para biolog hanya bisa menunjukkan perubahan pada sifat sebuah jenis saja, bukan perubahan sebuah jenis menjadi jenis lain.[4]
Apakah Pandangan Al-Quran?
Mengingat Al-Quran sebagai kitab pembangun manusia, bukan buku fisika atau biologi, di dalamnya tidak didapatkan ayat yang secara tegas menyatakan bahwa fixisme adalah teori benar, atau bahwa transformisme adalah teori yang benar. Akan tetapi dari beberapa ayat Al-Quran, bisa ditarik beberapa poin sebagaimana yang telah dicermati oleh sejumlah peneliti.
Seorang ilmuwan Iran bernama Dr. Yadullahi Sahabi melakukan pengumpulan ayat-ayat Al-Quran sekaitan dengan masalah penciptaan manusia. Dalam kitabnya yang bernama “Khelqhat-e Insan”, ia berusaha membuktikan bahwa Al-Quran juga mendukung teori transformisme. Ia sama sekali tidak mengatakan bahwa manusia berasal dari keturunan monyet, sebagaimana para pendukung teori transformis yang berkeyakinan demikian, bahwa manusia berasal dari keturunan monyet. Dalam hal ini Dr. Yadullahi Sahabi mengatakan:
“Keterkaitan secara langsung keturunan manusia dengan monyet hanya sekedar pengandaian. Tidak sampai pada tahap pengesahan secara keilmuan. Kami juga tidak berkeyakinan dengan teori semacam ini”.[5]
Ia berusaha membuktikan bahwa Al-Quran menyetujui dua masalah di bawah ini:
1. Di antara semua silsilah makhluk hidup ada keterkaitan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ilmu biologi tidak lain hanya menunjukkan adanya keterkaitan keturunan semua makhluk hidup serta kaidah global dan umum pada susunan fisik mereka.[6]
2. Nabi Adam a.s. bukan manusia pertama yakni penciptaannya tidak secara independen bahkan secara bertahap. Dia adalah manusia pilihan di zamannya.
Ayat-ayat yang ditafsirkan oleh Dr Yadullah Sahabi untuk membuktikan dua pernyataan di atas, menurut sebagian para ilmuwan sama sekali bukan sebagai perestu teori-teorinya. Hasil kajian Allamah Thabathaba’i dalam tafsirnya Al-Mizan menunjukkan makna ini. Artinya menurut pendapat Allamah Thabathaba’i, secara lahir ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa penciptaan manusia pada saat itu secara independen bukan secara bertahap dan bukan bermula dari makhluk lain.
Beliau dalam hal ini mengatakan “ayat-ayat Al-Quran secara lahir dan hampir mendekati kesepakatan mengenalkan bahwa manusia pada zaman ini termasuk kita adalah bagian dari mereka melalui reproduksi yang berakhir pada pasangan suami istri tertentu di mana nama suaminya adalah Adam a.s.
Dan jelas juga bahwa ia adalah manusia yang pertama dan pasangannya tidak dilahirkan dari seorang ayah dan ibu bahkan menurut Al-Quran diciptakan dari tanah atau tanah liat atau lapisan bumi.[7]
Pendapat lain yang perlu disebutkan sekaitan dengan pembahasan Al-Quran adalah pendapatnya Ayatullah Misykini. Beliau menggabungkan dua pendapat di atas. Beliau mengatakan “ayat-ayat Al-Quran sekaitan dengan penciptaan manusia bisa di bagi menjadi empat bagian:
1. Ayat-ayat yang kesimpulannya adalah merestui keyakinan tentang kesempurnaan dan kembalinya silsilah jenis makhluk hidup yang sudah sempurna kepada manusia.
2. Ayat-ayat yang bisa disimpulkan bahwa Nabi Adam a.s. adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Hawa adalah manusia kedua setelah Nabi Adam a.s. Allah swt. menciptakan seluruh manusia dari keturunan dua manusia ini.
3. Ayat-ayat yang tidak bisa dipakai sebagai sandaran bahwa manusia diciptakan secara independen. Dan tidak juga bisa dipakai sebagai dalil bahwa manusia diciptakan secara bertahap.
4. Ada ayat-ayat yang hanya menjelaskan tentang kelangsungan keturunan dan bagaimana caranya berproduksi, bukan bagaimana caranya penciptaan dan mulainya kemunculan manusia.[8]
Pendapat yang keempat yang perlu disebutkan di sini adalah pendapatnya Prof. Ja’far Subhani. Beliau mengatakan “keyakinan terhadap Nabi Adam a.s. sebagai ayahnya manusia bukan berarti ia sebagai manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bumi. Berdasarkan sebagian riwayat, sebelum adanya Nabi Adam a.s. sebagai ayahnya manusia, manusia-manusia lainnya juga ada, tetapi karena sebab-sebab tertentu mereka telah punah.
Imam Al-Baqir a.s. berkata kepada Jabir bin Yazid: “Kalian mengira bahwa Allah hanya menciptakan alam ini saja dan selesai, begitu juga kalian mengira bahwa Allah tidak menciptakan manusia selain kalian? Demi Allah, sesungguhnya Allah telah menciptakan ribuan alam dan ribuan manusia. Kamu adalah orang yang berada pada alam yang terakhir dan bagian dari sekian manusia.[9]
Dengan penjelasan ini, antara penelitian para ilmuwan biologi sekaitan dengan masalah fosil-fosil manusia purba dan Nabi Adam a.s. sebagai ayahnya manusia tidak ada pertentangan. Fosil-fosil ini adalah milik manusia-manusia sebelum Nabi Adam a.s. dan tidak bermasalah kalau kita andaikan bahwa mereka tidak diciptakan secara independen. Kisah Nabi Adam a.s. yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai makhluk hidup yang diciptakan secara independen berkaitan dengan beberapa ribu tahun terakhir ini, bukan jutaan tahun yang lalu yang berkaitan dengan fosil-fosil manusia purba.
Prof. Ja’far Subhani menjelaskan: Seluruh penelitian para ilmuwan tentang fosil-fosil manusia purba boleh jadi terkait dengan manusia-manusia sebelum Nabi Adam a.s. dan seandainya pendapat-pendapat dan kesimpulan itu benar, ia tetap tidak bisa menjadi alat untuk menghukumi tentang manusia masa ini. Fosil-fosil itu sendiri sebagai satu bukti bahwa ada makhluk hidup yang bernama manusia, hidup di muka bumi ini pada zaman purba. Manusia purba hidup di muka bumi pada masa ratusan tahun yang lalu. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian paleontologi (purbakala) maka terhapuslah pendapat yang mengatakan bahwa sebelum Nabi Adam a.s. dan Hawa, tidak ada manusia di muka bumi. Khususnya sejarah Nabi Adam a.s. dan Hawa belum sampai ribuan tahun yang lalu.[10]
Kesimpulannya berdasarkan teori ini pertama, berdasarkan teks ayat-ayat Al-Quran, Nabi Adam a.s. memiliki hakikat yang independen dan tidak muncul dari satu makhluk hidup pun. Kedua, adanya manusia-manusia sebelum Nabi Adam a.s. sebagaimana penelitian-penelitian para ilmuwan biologi yang berkaitan dengannya (jika memang benar). Dan tidak masalah juga, kalau kita katakan bahwa mereka (manusia sebelum Nabi Adam) tidak memiliki penciptaan secara independen, karena Al-Quran hanya mengatakan tentang Nabi Adam a.s. yang terkait dengan beberapa ribu tahun terakhir.
Adapun pendapat yang diterima sekaitan dengan tema ini adalah sebagai berikut: Ada ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa penciptaan Nabi Adam a.s. adalah independen. Yakni Nabi Adam a.s. tidak keluar dari makhluk hidup lainnya. Hal ini tidak bertentangan kalau kita katakan bahwa penciptaan Nabi Adam a.s. adalah bertahap. Akan tetapi bertahap di sini bukan berarti harus keluar dari jenis yang lain.
Tidak benar, kalau kita menganggap bahwa, jika penciptaan Nabi Adam a.s. secara independen maka tidak bisa diterima tahapan keberadaannya. Sebenarnya kesalahan ini bermula dari anggapan bahwa “keterkaitan semua silsilah makhluk hidup adalah sesuatu yang aksiomatis”. Dan “setiap penciptaan sudah diciptakan sesuai dengan latar belakang makhluk hidup sebelumnya yakni keluar dari makhluk hidup sebelumnya”.
Pada dasarnya, tahapan keberadaan Nabi Adam a.s. memiliki dua arti: pertama, Nabi Adam a.s. memiliki keterkaitan dan kesinambungan dengan makhluk-makhluk hidup lainnya dan keluar dari mereka. Kedua keberadaan Nabi Adam a.s. tidak memiliki keterkaitan dengan makhluk-makhluk hidup lainnya sehingga harus keluar dari mereka secara bertahap. Bahkan ia memiliki penciptaan secara independen namun penciptaan independen ini jugalah yang bertahap.
Di sini pertama kami kelompokkan ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan manusia kemudian kita akan membahasnya.
Pertama, sekumpulan ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa seluruh manusia berasal dari sepasang manusia. Allah swt. pertama menciptakan makhluk hidup yang bernama Adam a.s. kemudian menciptakan istrinya yang bernama Hawa dari jenisnya. Dari perkawinan keduanya maka muncullah keturunan manusia:
“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah yang menciptakan kalian dari badan yang satu dan menciptakan darinya pasangannya dan menebarkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak”.[11]
“Dia-lah yang menciptakan kalian dari badan yang satu dan menjadikan darinya pasangannya supaya ia merasa tenang di sisinya”.[12]
“Dia telah menciptakan kalian dari badan yang satu kemudian menjadikan darinya pasangannya”.[13]
“Dia-lah yang menciptakan kalian dari badan yang satu maka sebagian manusia ada yang tenang dan ada yang tidak tenang”.[14]
“Wahai manusia Kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal”.[15]
Ayat-ayat di atas mengakui bahwa penciptaan semua manusia dari makhluk hidup yang bernama Adam a.s. yakni pertama diciptakannya badan yang satu yang bernama Adam a.s. kemudian diciptakannya istrinya dari jenisnya dan dari perkawinan keduanya muncullah keturunan manusia.
Kedua, sekelompok ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa penciptaan jenis manusia dari nutfah:
“Dia telah menciptakan manusia dari nutfah dan manusia adalah makhluk yang berbuat jahat secara terang-terangan”.[16]
“Apakah manusia tidak melihat bahwa kami telah menciptakannya dari nutfah tiba-tiba setelah menjadi manusia ia berbuat jahat secara terang-terangan”.[17]
“Kami telah menciptakan manusia dari nutfah yang bercampur”.[18]
“Apakah manusia bukan nutfah yang terdiri dari mani yang tumpah? Kemudian berupa segumpal darah maka pada saat itu Dia ciptakan dan Dia samakan”.[19]
“Dia-lah Allah yang menciptakan manusia dari air”.[20]
“Apakah kami tidak menciptakan kalian dari air yang hina”.[21]
“Dia menciptakan manusia dari segumpal darah”.[22]
Ketiga, sekelompok ayat Al-Quran yang menyatakan penciptaan jenis manusia dari tanah:
“Dia-lah yang menciptakan kalian dari tanah”.[23]
“Dan Allah telah menumbuhkan kalian dari tanah kemudian mengembalikan kalian ke dalamnya dan mengeluarkan kalian lagi dari dalamnya”.[24]
“Dari tanda-tanda kekuasan-Nya adalah Dia ciptakan kalian dari tanah kemudian kalian menjadi manusia yang bertebaran (di muka bumi)”.[25]
Keempat, sekelompok ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa penciptaan manusia pada mulanya dari tanah kemudian nutfah dan segumpal darah dan tahapan janin:
“Dia-lah yang menciptakan kalian dari tanah kemudian dari nutfah kemudian dari segumpal darah kemudian mengeluarkan kalian (dari perut ibu kalian) berupa bayi”.[26]
“Telah Kami ciptakan manusia dari sebagian tanah. kemudian kami letakkan berupa nutfah di tempat yang aman. Kemudian Kami jadikan nutfah menjadi gumpalan darah kemudian gumpalan darah itu Kami jadikan menjadi gumpalan daging kemudian gumpalan daging itu Kami jadikan bertulang dan tulang itu Kami bungkus dengan daging kemudian Kami ciptakan penciptaan yang terakhir”.[27]
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan kalian dari tanah kemudian dari nutfah kemudian dari segumpal darah kemudian dari segumpal daging yang berbentuk dan yang tidak berbentuk supaya Kami jelaskan untuk kalian dan Kami tetapkan dalam rahim sekehendak Kami sampai pada masa tertentu kemudian Kami keluarkan kalian berupa bayi kemudian kalian sampai pada masa pertumbuhan”.[28]
Kelima, sekelompok ayat yang menyatakan bahwa penciptaan Nabi Adam AS. sendiri dari tanah:
“Ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat sesungguhnya Aku ciptakan manusia dari tanah”.[29]
“Setan berkata aku lebih baik darinya (Adam) karena telah Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia (Adam) dari tanah”.[30]
“Setan berkata apakah aku harus sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah”.[31]
Salah satu poin penting yang harus dijelaskan dari ayat-ayat di atas adalah apakah selain penciptaan Nabi Adam a.s. dari tanah, penciptaan manusia setelahnya juga dari tanah. Atau hanya penciptaannya yang dari tanah dan penciptaan manusia setelahnya dari nutfah. Dalam hal ini ada dua pendapat.
Pendapat pertama, tidak masalah jika kita katakan bahwa selain penciptaan Nabi Adam a.s. dari tanah penciptaan setiap manusia setelahnya juga dari tanah. Artinya karena penciptaan setiap manusia dari nutfah dan bahan yang ada dalam nutfah berasal dari tanah maka benar jika kita katakan bahwa setiap manusia diciptakan dari tanah.
Pendapat kedua, hanya Nabi Adam a.s. saja yang diciptakan dari tanah dan penciptaan seluruh manusia dari nutfah yang berada di dalam rahim ibunya masing-masing. Karena kepala silsilah seluruh makhluk hidup adalah Nabi Adam a.s. dan ia diciptakan dari tanah maka benar jika kita katakan bahwa setiap manusia juga diciptakan dari tanah.
Dari kedua pendapat ini, pendapat kedua bisa diunggulkan dengan dua argumentasi:
1. Berdasarkan ayat di bawah ini Adam a.s. diciptakan dari tanah dan keturunannya diciptakan dari nutfah.Penciptaan manusia dimulai dari tanah kemudian keturunannya diciptakan dari air yang kotor.[32] Sekalipun dalam ayat di atas menggunakan kata insan (manusia) bukan kata Adam. tetapi dalam ayat lain sekaitan dengan Adam a.s. telah digunakan kata insan juga kata basyar. Sebagaimana pada surat Hijr ayat 26 dan 29, ketika Allah swt. berbicara dengan malaikat sekaitan dengan penciptaan Adam a.s. Allah swt. menggunakan kata insan. Begitu juga pada ayat di bawah ini kata basyar digunakan sekaitan dengan Adam a.s.: “Ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat sesungguhnya aku ciptakan manusia dari tanah yang kering yang diambil dari tanah hitam yang tidak berbau”.[33]
2. Jika maksud dari penciptaan manusia dari tanah adalah penciptaan setiap manusia dari tanah maka tidak seharusnya mengatakan Kami ciptakan manusia dari sebagian tanah. Karena apa yang digunakan dari tanah adalah tanah itu sendiri bukan tanah yang sudah subur atau yang sudah bercampur air dan sudah menjadi tanah liat.[34]
“Telah Kami ciptakan mereka dari sebagian tanah”.[35]
Ayat di atas menyatakan tentang awal kemunculan jenis manusia dari tanah.
Dalam ayat lain Allah swt. berfirman: “Manusia Kami ciptakan dari tanah yang lengket”.[36]
Bisa dikatakan bahwa ayat di atas berkaitan dengan Adam a.s. bukan berkaitan dengan jenis manusia (sebagaimana perkiraan para pendukung teori transformis (perubahan jenis). Dalam ayat di atas menggunakan kata ganti bersama (jamak), yakni nenek moyang manusia sebagai kepala keturunan manusia telah diciptakan dari tanah yang lengket. Dengan kata lain karena Adam a.s. Diciptakan dari tanah yang lengket dan ia sebagai kepala keturunan manusia oleh karenanya seakan-akan semua manusia telah diciptakan dari tanah yang lengket.
Dalam ayat lain Allah swt. berfirman bahwa penciptaan Adam a.s. Dari tanah yang kering yang diambil dari tanah yang warnanya hitam dan berbau busuk.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah yang kering yang diambil dari tanah hitam yang berbau busuk”.[37]
Maksud manusia dalam ayat di atas adalah Adam a.s. Karena lanjutan ayat ini adalah.
“Maka apabila Aku menyempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh-Ku maka bersujudlah kalian kepadanya”.[38]
Dan tidak ada keraguan kalau para malaikat bersujud kepada Adam a.s. bukan kepada jenis manusia.
“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya telah Aku ciptakan manusia dari tanah kering yang diambil dari tanah hitam yang berbau busuk”.[39]
“Iblis berkata aku tidak akan bersujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah kering yang diambil dari tanah hitam yang berbau busuk”.[40]
Adapun apa artinya tanah kering (sholshol)? Al-Quran memberikan makna sendiri.
“Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tanah liat”.[41]
Ayat di atas menyatakan bahwa tanah kering seperti tanah liat.
Boleh jadi bahwa sekumpulan ayat di atas merupakan penjelasan tentang tahapan penciptaan Adam a.s. Yakni pertama ia diciptakan dari tanah (thin dan turab) kemudian berupa tanah yang lengket (thin lazib) kemudian berganti menjadi bagian dari tanah (sulalatin min thin) setelah itu berupa tanah kering seperti tanah liat.
Apa yang kita katakan selama ini jelas bahwa penciptaan manusia memiliki beberapa tahapan, dari bentuk tanah kemudian tanah yang lengket kemudian bagian dari tanah kemudian berubah menjadi tanah liat.[42]
Pada dasarnya setelah melalui tahapan di atas dan sempurnanya badan Adam a.s. dan ditetapkannya ruh kemanusiaan pada dirinya, Allah swt. memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s.
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan kalian kemudian Kami bentuk kalian kemudian Kami berkata kepada malaikat bersujudah kepada Adam a.s.!”[43]
Berdasarkan keterangan ini maka tahapan penciptaan Adam a.s. bisa disimpulkan sebagi berikut.
Sulalatin min tin (gumpalan tanah); thin-in lazib  (tanah lengket); thin dan turab (tanah Adam); wa nafakhtu fihi min ruhi (penetapan ruh Adam); sholshol kal fakhor (tanah kering seperti tanah liat).
Argumentasi Pendukung Transformisme
Di sini kita perlu meneliti ayat-ayat yang menjadi dasar argumentasi para pendukung teori transformis (perubahan jenis).
1. “Sesungguhnya Allah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran untuk seluruh dunia”. [44]
Para pendukung teori transformis mengatakan ‘sebagaimana Nuh dan keluarga Imran hidup di antara umat pada saat itu dan mereka sebagai orang yang terpilih, Adam a.s. juga demikian. Hal ini menunjukkan bahwa Adam a.s. bukan manusia pertama di muka bumi tetapi sebelum beliau, ada manusia yang hidup di muka bumi. Adam a.s. dipilih Allah karena beliau lebih tinggi dari manusia lainnya dari sisi pemikiran.
Dengan kata lain, menurut Para pendukung teori transformismu, manusia dalam istilah Al-Quran memiliki dua makna. Pertama manusia-manusia sebelum Nabi Adam a.s. kedua manusia sesudah Nabi Adam a.s. menurut mereka, manusia sebelum Nabi Adam a.s. tidak memiliki ikhtiar dan ilmu pengetahuan serta tidak berkewajiban menjalankan taklif ilahi. Hal ini berlangsung sangat lama sampai Allah swt. memilih Nabi Adam a.s. karena ia memiliki potensi dan kelayakan yang lebih tinggi.
Isthofâ berarti memilih. Karena ia termasuk bab ifti’âl maka bisa bermakna usaha dan teliti. Artinya adalah terpilihnya setiap orang dari sekian orang yang hidup bersamanya. Sebagaimana Nabi Nuh a.s. dan sebagian keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Imran a.s., setelah mereka memiliki kesiapan rohani dan maknawi dari sisi keturunan maupun pendidikan, mereka terpilih sebagai nabi di antara kaumnya. Ketika Nabi Nuh a.s. dan para Nabi dari keluarga Nabi Ibrahim a.s. berdasarkan teks ayat dipilih sebagai nabi di antara kaum pada zamannya, hal ini juga pasti terjadi pada Nabi Adam a.s. Beliau juga terpilih sebagai nabi di antara kaumnya di mana mereka dari sisi badan dan kondisi hidup sama dengannya.[45]
Jawaban dari kesimpulan di atas adalah secara terang-terangan ayat tidak menunjukkan arti bahwa Nuh dan keluarga Ibrahim serta keluarga Imran pasti terpilih di antara kaum pada zamannya bahkan boleh jadi Allah swt. memilih mereka di antara semua manusia sampai hari kiamat karena keagungan dan kedudukan maknawinya. Pada dasarnya ayat ini ingin menyampaikan kedudukan beberapa orang yang terpilih.
Selain itu, jika ayat menyampaikan tentang Nabi Adam a.s. pada zamannya, apa dalilnya kalau kita katakan bahwa ia terpilih di antara orang-orang sebelumnya bukan di antara anak-anak dan cucu-cucunya? Khususnya dengan memandang bahwa ia memiliki usia yang cukup panjang, tidak jadi masalah kalau kita anggap bahwa ia terpilih pada masa hidupnya dan pada dasarnya ia terpilih di antara anak-anak dan cucu-cucunya dan keturunan yang lahir darinya.
Kritikan lain terhadap para pengikut teori transformis adalah mereka memaknai kata isthofâ dengan arti muncul, tanpa menyebutkan argumentasi, padahal arti sebenarnya adalah terpilih. Kalau memang Nabi Adam a.s. terpilih di antara para penduduk dunia apakah bisa diambil kesimpulan bahwa ia muncul dari keturunan makhluk hidup yang lebih rendah darinya? (dari sisi akal dan ikhtiar). Dengan kata lain seandainya kita terima bahwa Nabi Adam a.s. terpilih di antara umatnya, terpilihnya dia bukan sebuah dalil atas munculnya dia dari makhluk hidup yang lebih rendah darinya.
2. Ayat lain yang menjadi sandaran para pengikut teori transformis adalah:
“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah kering yang di ambil dari tanah yang berbau busuk. Maka ketika Aku membentuknya dan menetapkan ruh pada dirinya maka semuanya bersujud kepadanya”.[46]
Para pengikut teori ini berpendapat bahwa maksud dari basyar (manusia) dalam ayat di atas adalah jenis manusia, bukan manusia tertentu yang bernama Nabi Adam a.s.
Jawaban terhadap mereka para pengikut teori transformis adalah bahwa ayat di atas berkaitan dengan penciptaan Nabi Adam a.s. sebagai kepala keturunan jenis manusia. Perintah Allah swt. kepada para malaikat untuk bersujud adalah bersujud kepada Nabi Adam a.s. bukan bersujud kepada jenis manusia.
Pendapat para pengikut teori transformis yang mengatakan bahwa penciptaan jenis manusia dari tanah kering yang diambil dari tanah yang berbau busuk adalah tidak benar karena Al-Quran sendiri mengakui bahwa penciptaan Nabi Adam a.s. sendiri juga dari tanah kering yang diambil dari tanah yang berbau busuk. Ketika Allah swt. berkata kepada iblis kenapa kamu tidak bersujud? Iblis menjawab:
“Aku tidak akan bersujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah kering yang diambil dari tanah yang berbau busuk”.[47]
Kesimpulannya adalah teks ayat-ayat di atas menguatkan makna bahwa Nabi Adam a.s. diciptakan dari tanah yang berwarna hitam. Setelah badan Nabi Adam a.s. mengalami kesempurnaan maka ditetapkan kepadanya ruh ilahi yang pada akhirnya Allah swt. memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s.
3.Satu lagi ayat yang dipakai sandaran oleh para pengikut teori transformis adalah:
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan kalian kemudian Kami bentuk kalian kemudian Kami berkata kepada malaikat bersujudlah kepada Adam! maka bersujudlah mereka kecuali iblis, mereka tidak akan bersujud”.[48]
Para pengikut teori transformis mengatakan bahwa ayat di atas menyebutkan beberapa tahapan penciptaan manusia.
1. Permulaan penciptaan
2. Terbentuknya manusia (sebelum terpilihnya Nabi Adam a.s.)
3. Terpilihnya Adam a.s. di antara semua manusia
4. Perintah sujud kepada Adam a.s.
Menurut perkiraan mereka, ayat di atas turun bukan berkaitan dengan Adam a.s. akan tetapi berkaitan dengan jenis manusia. Sebelum terpilihnya Adam a.s. ada manusia sebelum beliau, dan beliau terpilih di antara mereka. Dari kata tsumma (kemudian) yang ada dalam ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa antara tahapan di atas ada jarak waktu. Dan dari kata showwarnâkum (kami bentuk kalian) juga bisa berarti bahwa bentuk manusia terjadi secara bertahap.
Ayat 11 surat Al-‘A’râf merupakan salah satu ayat yang lebih bisa dipakai untuk membuktikan teori transformis, karena dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa pertama sebelum Nabi Adam dibentuk sebagai manusia ia diciptakan terlebih dahulu. Kemudian setelah beberapa lama (masa yang tidak tertentu) dengan konteks kata tsumma yang berarti kemudian, ia (Adam a.s.) dibentuk menjadi manusia. Kemudian setelah beberapa lama Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada salah satu jenis manusia. Oleh karenanya penciptaan pertama adalah penciptaan manusia dari air dan tanah. Menetapkan ruh padanya tidak akan terjadi kecuali dalam skala wujud sebagai jenis. Dari ayat ini bisa dipahami bahwa manusia melewati beberapa tahapan antara lain pertama, tahapan setelah penciptaan dan sebelum terbentuknya sebagai manusia. Kedua, tahapan setelah terbentuknya sebagai manusia dan sebelum terpilihnya Adam a.s. di antara semua jenis. Ketiga, tahapan pemilihan Adam a.s. di antara mereka dan setelah itu perintah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s.’.[49]
Ayat 11 surat Al-‘A’râf juga tidak bisa membuktikan teori transformis karena pertama, kata tsumma (kemudian) walaupun menunjukkan tahapan waktu tetapi tidak menunjukkan jangka waktu tertentu. Sementara para pengikut teori transformis menyebutkan jangka waktu yang cukup panjang (jutaan tahun) antara tahapan yang ada.
Ayat di bawah ini menggunakan kata tsumma (kemudian) dengan tanpa menunjukkan jangka waktu yang panjang.
“Wahai manusia jika kalian ragu dengan hari kiamat, sesungguhnya telah Kami ciptakan kalian dari tanah kemudian dari nutfah kemudian dari segumpal darah kemudian dari segumpal daging...kemudian Kami keluarkan kalian berupa bayi kemudian kalian sampai pada pertumbuhan kalian”.[50]
Pada ayat ini kata tsumma (kemudian) dipakai untuk jangka waktu pendek dan tidak ada dalil sama sekali kita harus mengartikan jangka waktu panjang, seperti jutaan tahun. Pembentukan manusia pada ayat 11 surat Al-‘A’râf juga tidak menunjukkan jangka waktu yang panjang pada tahapan kesempurnaan manusia. Sebagaimana Allah swt. menyebutkan dalam surat Ali-Imran tentang pembentukan dalam rahim. Kita juga tahu bahwa pembentukan dalam rahim tidak sampai memakan waktu satu tahun apalagi sampai jangka waktu yang panjang.
“Dialah yang membentuk kalian dalam rahim sekehendak-Nya”.[51]
Kedua, sujudnya para malaikat kepada Adam a.s. terjadi sebelum penciptaan jenis manusia.
Kesimpulannya bahwa dari ayat 11 surat Al-‘A’raf tidak bisa disimpulkan kalau jenis manusia muncul dari jenis lainnya yaitu dari hewan, bahkan kesimpulannya demikian bahwa munculnya bapak manusia yang bernama Adam a.s. adalah secara bertahap.
Kesimpulan Pembahasan
Dari sekian ayat yang disampaikan oleh para pengikut teori transformis untuk membuktikan pendapatnya, paling tidak hanya membuktikan bahwa manusia melewati beberapa tahapan sampai berupa manusia yang sempurna di mana penciptaan nenek moyang manusia yang bernama Adam a.s. adalah dari tanah sekaligus tahapannya juga. Kelangsungan keturunan Nabi Adam a.s. dengan perantara pembuahan.
Adapun manusia berasal dan muncul dari jenis lain sebagaimana yang dikatakan oleh para pengikut teori transformis, ayat di atas juga tidak mendasarinya. Oleh karenanya, sekalipun apa yang namanya perubahan dan kesempurnaan memang terjadi pada manusia, dengan perubahan jenis sebagaimana perkataan Darwin “sebuah jenis muncul dari jenis lainnya” tentu sangat berbeda. Perubahan ini bisa diandaikan pada tahapan keberadaan sebuah makhluk hidup yakni makhluk hidup yang bernama Adam a.s. telah melewati tahapan kesempurnaan bukannya ia muncul dari makhluk hidup lainnya.
Dengan kata lain, bahwa puncak keturunan manusia adalah orang yang bernama Adam a.s. dan keturunannya muncul dengan perantara terjadinya pembuahan dalam rahim ibu-ibu mereka. Adapun sekaitan dengan Nabi Adam a.s. sendiri bagaimana ia muncul, dari sehimpun ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa ia diciptakan dari tanah kemudian setelah ia melewati tahapan tanah yang lengket dan sebagian dari tanah, kemudian berubah menjadi tanah yang kering kemudian ia berbentuk sempurna dan memiliki ruh maka jadilah ia sebagai makhluk hidup yang sempurna.
Selain itu, ketika kita meneliti ayat-ayat yang terkait dengan nilai dan kedudukan manusia, kita akan tahu bahwa Al-Quran mengatakan, “manusia adalah sebuah jenis yang berbeda dengan hewan”. Manusia memiliki perbedaan substansi dan esensi dengan makhluk hidup lainnya. Sementara dalam teori transformisme perbedaan ini tidak dipaparkan. Artinya antara manusia dengan hewan tidak ada perbedaan substansi dan esensi bahkan manusia juga merupakan hewan yang memiliki sistem fisiologis yang lebih rumit bukan sebuah jenis yang berbeda dengan hewan. [Emi Ms]
Rujukan:
Diterjemahkan dari bab 3 buku “Mabani Ensan Shenasi Dar Quran” (Dasar-dasar Pengenalan Manusia Dalam Al-Quran).
[2] “Aya bih rasti insan zadeh-ye maimun ast?” (Apakah Benar Manusia Keturunan Kera), hal. 117-118.
[3] Ibid, hal. 129.
[4] Perlu diperhatikan, lantaran pembahasan kami ini dalam batas persepsi Al-Quran, maka kritik dan uraian pendukung transformisme dapat dirujuk ke karya-karya para pakar biologi sekaitan dengan masalah ini.
[5] Khelqhat-e Insan (Penciptaan Manusia), hal 182 dan 188.
[6] Ibid.
[7] Tafsir Al-Mizan, jilid 32, hal 91-92. untuk menelaah kitab Khelqha-te Insan, rujuk Muhammad Taqi Misbah: Khelqhat-e Insan az nazare Quran. Murteza Razawi Salduzi: Khelqhat-e Adam wa Bahsi dar Takamul (Penciptaan Adam Dan Kajian Seputar Kesempurnaan). Mir Abul fath Da’wati: Quran wa khelqhat-e Insan. Masih Muhajiri: Nazariyeh Takamul az didgah-e Quran.
[8] Rujuk ke kitab Takamul dar Quran.
[9] Tauhid-e Shaduq, hal 277. Khishal, jilid 2, hal 450.
[10] Mansyu-re Jawid, jilid 4, hal 94.
[11] QS, An-Nisa’: 1.
[12] QS, Al-‘A’raf: 189.
[13] QS, Az-Zumar: 6.
[14] QS, Al-An’am: 98.
[15] QS, Hujurat: 13.
[16] QS, An-Nahl: 4.
[17] QS, Yasin: 77.
[18] QS, Ad-Dahr: 2.
[19] QS, Kiamat: 37-38.
[20] QS, Al-Furqan: 54.
[21] QS, Al-Mursalat: 20.
[22] QS, Al-‘Alaq: 2.
[23] QS, Al-An’am: 2.
[24] Al-Quran, Nuh: 17-18.
[25] QS, Ar-Rum: 20.
[26] QS, Al-Mukmin: 67.
[27] QS, Mukminun: 12-14.
[28] QS, Hajj: 5.
[29] QS, Shod: 71.
[30] QS, Al-‘A’raf: 12.
[31] QS, Al-Isra’: 61.
[32] QS, Sajdah: 7-8.
[33] QS, hijr: 28.
[34] Nazariyeh takamul az didgahe Quran (Teori Kesempurnaan Perspektif Al-Quran), hal 27.
[35] QS, Mukminun: 12.
[36] QS, As-Shoffat: 11.
[37] QS, Hijir: 26.
[38] QS, Hijir: 29.
[39] QS, Hijir: 28.
[40] QS, Hijir: 33.
[41] QS, Ar-Rahman: 14.
[42] Quran wa khelqate insan, hal 51.
[43] QS, Al-‘A’raf: 11.
[44] QS, Ali-Imran: 33.
[45] Khelqhat-e Insan, hal 108.
[46] QS, Hijir: 28-29.
[47] QS, Hijir: 33.
[48] QS, Al-‘A’râf: 11.
[49] Takamul dar Quran, hal 6-25.
[50] QS, Hajj: 5
[51] QS, Ali-Imran: 6.
[Sumber: ISLAT]

SEJARAH PENCIPTAAN MANUSIA : ADAM ATAU MANUSIA PURBA ?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5vnjLv1A6hkpxP7NxZA67HKVI08tw404AuyltpSpocJuSbwzn0pPbq5Hm3zb5eij11404EyIDloDwP_FsfgkZdlxiQJTQbS3v6GcbXJs1ihI3gSVL4n5wUkvlI3fBNAuJ_LM95eRZ6wo/s320/manusia_purba_sejarah_dan_evolusi.jpg
Bumi merupakan satu-satunya planet yang dihuni berbagai makhluk hidup salah satunya adalah makhluk yang paling sempurna manusia. Manusia merupakan makhluk yang berbeda dari makhluk lainnya di bumi maka disebut makhluk yang paling sempurna. Para ilmuwan sudah memecahkan misteri asal mula terciptanya makhluk hidup di bumi tetapi dalam memecahkan asal usul manusia masih menemui jalan buntu. Ini dikarenakan adanya perbedaan yang mendasar antara fakta ilmiah di lapangan dengan pendapat para penganut agama. Para ilmuwan barat setuju bahwa manusia mengalami suatu evolusi untuk menjawab tantangan dari seleksi alam sesuai dengan Teori Darwin yaitu manusia merupakan evolusi dari kera. Sedangkan para pemuka agama (Islam, Kristen, dan Katholik) berpendapat bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam As yang diciptakan langsung oleh Allah SWT dan turun dari Surga sebagai seorang khalifah di bumi.
Manusia purba yang tertua di dunia ditemukan di Pulau Jawa dengan spesies Meganthropus Palaeojavanicus terletak di lapisan pleistosin bawah dengan tinggi kurang lebih 5,7 meter hidup di jaman batu tua. Kemudian punah dan digantikan oleh Pithecanthropus Erectus yang merupakan missing link untuk melengkapi Teori Darwin. Terakhir hidup Homo Sapiens yang fisiknya sudah mirip dengan manusia sekarang. Nabi Adam As adalah manusia ciptaan Allah SWT yang terbuat dari tanah liat dan turun ke bumi sebagai khalifah. Khalifah adalah pengganti makhluk-makhluk sebelumnya. Mereka diganti karena perilaku mereka yang selalu membuat onar di muka bumi seperti saling membunuh, perang, dan membuat kerusakan di bumi. Hal ini cocok sekali dengan keadaan pada masa itu ketika manusia purba masih saling berselisih untuk mendapatkan daerah kekuasaan. Ketika itu terjadi Allah SWT memusnahkan mereka melalui perantara alam dan menurunkan Nabi Adam As. Jadi apakah manusia-manusia purba tersebut bisa disebut sebagai manusia ? secara fisik memang ada yang mirip sebagai manusia tetapi akal, budi, dan nurani mereka masih seperti hewan pada umumnya.
Jadi, kesimpulannya adalah dari segi periode penciptaan manusia purba lebih dulu ada sebelum Nabi Adam As tapi dari segi penciptaan sebagai seorang manusia yang mempunyai daya rasa, cipta, dan karsa Nabi Adam As adalah manusia pertama di bumi ini.
Question by M?use™: Siapakah manusia pertama itu?? Adam&Hawa Atau Sepasang Manusia Purba?
KEJADIAN 1:26-27…baca lengkap…;;
“baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi, ayat27; maka Allah MENCIPTAKAN manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakannya dia : LAKI-LAKI dan PEREMPUAN diciptakannya mereka”.Kalau kita melihat ayat tersebut di atas, hampir sebagian besar umat KRISTEN menganggap bahwa ayat ini adalah untuk penciptaan adam dan hawa, karena hari ke-6 itulah Allah menciptakan manusia pertama. Apakah ayat tersebut sudah pasti benar untuk manusia Adam dan Hawa? Ayat tersebut ada 2 kemungkinan, bisa untuk “manusia Adam” dan bisa juga untuk manusia lain sebelum Adam…Kalau ditafsirkan untuk manusia lain sebelum Adam, alias “manusia purba”.
Bandingkan dengan KEJADIAN 2:7 ………..baca lengkap;;;
“ketika itulah Tuhan Allah MEMBENTUK manusia itu dari debu dan Tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk hidup”.DICIPTA dan DIBENTUK itu pasti berbeda pengertiannya…Bandingkan lagi kitab Kejadian pasal 1:27 dengan Kejadian pasal 2:7…dalam alkitab antara kata “Menciptakan…manusia” (kej 1:26-27) dengan “Membentuk…manusia”(Kej 2:7)….berbedakan pengertiannya…sedangkan kita renungkan lebih mendalam lagi dan dihubungkan dengan bukti-bukti fosil manusia purba oleh para ahli , ….maka jelaslah pada Kej 1:26-27…bahwa yang dimaksud pada ayat tersebut sesungguhnya adalah SEPASANG MANUSIA PURBA dan BUKAN ADAM dan HAWA…nahhh lho….jadi jelas di sini bahwa hari ke-6 itu tidak cocok untuk Adam dan Hawa, tetapi lebih akurat untuk manusia lain sebelum Adam alias Manusia Purba.JADI MENURUT KALIAN SIAPA SEEH SEBENARNYA MANUSIA PERTAMA ITU…???…???Coba anda pikirkan SEMUA BANGSA yang ada sekarang ini, bangsa eskimo, bangsa yahudi, inggris, indonesia, aborigin, china , Arab, dll….Mungkinkah mereka itu semua hanya bersal dari SATU BAPAK (ADAM) dan SATU IBU (HAWA) saja…….? IMPOSSIBLE……!!!!klo dipikir dengan akal sehat masa iya sih Kain menikahi adiknya sendiri….sedangkan Firman Allah IMMAMAT 18:6-9 dan IMMAMAT 20:17, Allah MELARANG MANUSIA untuk KAWIN ANTAR SAUDARA sendiri…baca sendiri dari kedua ayat tersebut…Oleh karena itu SADARKAH saudara, bahwa anda dan saya juga termasuk keturunan yang BERASAL dari KELUARGA Adam dan Manusia Purba?
klo tanpa ada faktor genetik campur tangan… (kenyataanya keturunan Adam mengawini manusia purba…)baca KEJADIAN 4:17, tentang anak Adam yang bernama Kain yang pergi menetap di tanah Nod, lalu MENEMUKAN seorang wanita cantik berarti keturunan manusia purba di sebuah kota dan kemudian dinamai Kota Henokh menurut nama anaknya…Kata Kota di alkitab berarti bahwa kota sekumpulan banyak penduduk2 yg jumlahnya cukup besar coba anda pikir sendiri di sini sesudah baca ayat tsb…siapakah penduduk tsb? jawabannya manusia purba….jadi Bener dong Manusia Pertama itu SEPASANG MANUSIA PURBA baru Tuhan membentuk Adam dan Hawa yang memilik Roh….yaitu keturunan Manusia kita semua sampai saat ini………
Manusia purba ada lebih dahulu dari manusia Adam, karena ini prinsip Kesempurnaan Allah…Allah itu Sempurna dalam segala hal termasuk ciptaannya. TULIS JAWABAN dengan baik saudara-saudara sekalian….bebas opini, saran, KRITIKnya boleh…thx….HOHOHO….kepanjanganya bythway baca lengkap ya..!!!
component 2 ini:;;
http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=AhUonzUx.mzk7fOI.NXkkcagRAx.;_ylv=three?qid=20081121214207AABo1kg
untuk @ frezz;
itu Kurang tepat/anda salah tafsir karena anda terpeleset oleh ayat 1 Korintus 15:45-47…padahal kalau kita renungkan manusia yang bagaimana yg dimaksudkan 1 Korintus 15:45-47 tersebut, apakah manusia rohani ataukah manusia alami, tubuh Adam terdiri dari rohani dan alami, di sini Paulus lebih menekankan segi rohaninya, memang benar Adam itu manusia pertama yang memiliki Roh dan sekaligus sebagai makhluk pertama yang “hidup”….
note: “hidup” di sini dalam arti rohani bukan jasmani, jadi Adam itu bukanlah manusia pertama secara jasmani tetapi manusia pertama secara rohani (memiliki Roh)….
@andenium;
kalau saya mengklaim manusia itu turunannya manusia purba….itu SALAH…yach…
Tidak ada hubungan dengan Teori Evolusi Darwin… tidak terbukti manusia itu EVOLUSI dari Manusia Purba/binatang/monyet tetapi maksud saya sebenarnya manusia itu merupakan hasil anak keturunan/perkawinan KELUARGA ADAM/yg ber-Roh disertai KELUARGA MANUSiA LAIN/yg tidak ber-Roh (atau disebut MANUSIA PURBA)….
saya tidak berkata manusia sebenarnya itu keturunan manusia purba tetapi merupakan kesimpulannya kita semua adalah campuran keturunan Manusia Adam serta suku-suku primitif/Manusia Purba sehingga kita memiliki gen-gen yang berbeda…bentuk fisik, kulit, wajah, perbedaan ras-ras di seluruh dunia, …gitu yach…
karena itu harusnya ilmu dan agama saling bersatu untuk menemukan kebenaran ilahi…
Relegion with out science is blind, Science without relegion is lame (Agama tanpa ilmu itu buta, Ilmu tanpa agama itu timpang,…)
……….untuk semua @user………………
sekali lagi saya ingatkan manusia itu bukan EVOLUSINYA dari manusia purba/binatang/monyet tetapi merupakan campuran hasil dari PERKAWINAN & merupakan ANAK keturunannya keluarga Adam disertai keluarga Manusia Purba pertama….
@stevie;
kenapa juga adam kesepian..?..memang itu semua rencana Allah karena itu TUHAN menciptakan hawa dari tulang rusuknya (anda sendiri menjawabnya bahwa itu semua memang rencana Allah)….
saya mempercayai bukti2 alkitab itu sendiri…..krn justru itu saya memperjelas hal tsb…..
Very best answer:
Answer by lupy
ngapain pusing pusing penasaran dgn siapa manusia pertama itu siapa. kalau sudah tahu siapa lalu apa gunanya bagi kita? apa hanya kepuasan saja? lagipula jawabannya tidak akan bisa dibuktikan. kitab dari agama manapun yg menulis adam dan hawa hanya satu pengandaian saja agar manusia mudah mencerna bahwa semua ada yg menciptakan.
lebih baik melihat ke depan, ingin jadi apa bumi dan alam sekitarnya.

1 comment:

  1. GOLONGAN DAT ADALAH PERTAMA YANG WUJUD DIBUMI INI ATAU JUGA DIKENALI SEBAGAI MANNUS IAITU PARA- PARA(LELAKI) DAN PARI- PARI (PEREMPUAN)DAN MEREKA INI SAMA DENGAN MANUSIA TETAPI TIDAK BERNAFSU DAN TIDAK ADA MANUSIA YANG DAPAT MENGENALI MEREKA INI DAN HANYA KALANGAN NABI SERTA RASU SAHAJA YANG DAPAT KENALI MEREKA ..KENAPA KALANGAN DAT INI PERTAMA WUJUD DI BUMI..SESUNGGUNHYA DAT INILAH SEBAGAI ‘YANG CIPTA’ IAITU YANG MEMBAWA BENIH AKIK(LELAKI) DAN BENIH ATIT(PEREMPUAN) IAITU BENIH MANUSIA SEBENAR UNTUK KANDUNGAN DI LUAR RAHIM ATAU KANDUNGAN BAYI TABUNG UJI YANG KITA SEDIA MAKLUM DI ZAMAN INI DAN SECARA LANGSUNG MEREKA INI AKAN MENJAGA MANUSIA SEBENAR SEBAGAI IBU BAPA DAN SETELAH ADA MANUSIA SEBENAR DI BUMI INI SELAMA 42 TAHUN MAKA LAHIRLAH UTUSAN PERTAMA IAITU NABI ADAM DAN 7 TAHUN KEMUDIAN LAHIRLAH PULA SITI HAWA DARIPADA GOLONGAN JIN ATAU JIENNEIY YANG JUGA SEBAGAI PERANTARA PERTAMA BAGI NABI ADAM SERTA RASU HAWA SEBAGAI PEMBAWA WAHYU PERTAMA IAITU KITTAB NUSYIL..INILAH KISAH SEBENAR YANG DAPAT DITERIMA OLEH OTAK SERTA AKAL WARAS KITA DAN KITA MANUSIA SEBENARNYA BUKAN ANAK CUCU NABI ADAM DAN HAWA KERANA KITA AMAT BERBEZA DARI RUPA PARAS SERTA WARNA KULIT MALAH FIZIKAL PUN TIDAK SAMA..KERANA MANUSIA BERASAL DARIPADA ZARAH DAN KALANGAN NABI SERTA RASU (ISTERI) DARIPADA SARAH DAN KETUA NABI ADALAH DARIPADA ZAT MAKA ADA 4 PERBEZAAN MANUSIA DI BUMI INI IAITU DARIPADA DAT(KALANGAN MANNUS),ZAT(KETUA NABI),SARAH(KALANGAN NABI SERTA RASU) DAN ZARAH(KALANGAN MANUSIA SEBENAR)..SEBENARNYA ADA SEORANG NABI YANG WUJUD SEBELUM NABI ADAM IAITU MAKHLUK YANG HIDUP DI BULAN YANG TELAH KIAMAT BAGINYA IAITU KETUA NABI MAKHLUK BULAN YANG HIDUP DALAM SURGA DAN SETELAH SAMPAI MASA DITETAPKAN TUHAN MAKA TURUNLAH KETUA NABI BULAN KEBUMI SETELAH WUJUDNYA GOLONGAN DAT ATAU MANNUS DI BUMI SEBELUM ADANYA MANUSIA SEBENAR DAN SELAMA 84 TAHUN KETUA NABI BULAN BERADA DI BUMI SEBAGAI NABI SAMPINGAN SEBELUM LAHIRNYA NABI ADAM SEHINGGA NABI ADAM BERUMUR 42 TAHUN IAITU SETELAH SELESAI KITTAB PRTAMA NABI ADAM MAKA WAFATLAH KETUA NABI BULAN SERTA ISTERINYA DI BUMI INI..SEBAB ITULAH SETIAP KETUA NABI DI CIPTAKAN DARIPADA ZAT..BEGITULAH SETERUSNYA APABILA KIAMAT BUMI INI MAKA AKAN ADA PULA MAKHLUK YANG SEPERTI MANUSIA YANG HIDUP DI PLANET ATAU DUNIA LAIN DAN BEGITULAH KETUA NABI BUMI PULA AKAN TURUN DARI SURGA KEDUNIA MAKHLUK SELEPAS MANUSIA SEBAGAI NABI SAMPINGAN PERTAMA SEBELUM WUJUDNYA NABI PERTAMA BAGI MEREKA..ITULAH SIFAT ZAT YANG SESUAI UNTUK DUNIA AKAN DATANG..SEKIAN SALAM

    ReplyDelete